MENGKONSTRUK MANUSIA ILAHI SESUAI KEHENDAK TUHAN
Oleh:
Yonathan Luhat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut kesaksian Alkitab, manusia diciptakan oleh Allah serupa dan segambar Dia. Oleh karena pelanggaran Adam dan Hawa terhadap perintah Allah, manusia telah berdosa dan membutuhkan pemulihan melalui pertobatan. Tuhan Allah sangat peduli dengan kehidupan manusia serta seluruh ciptaan-Nya. Pada hakikatnya manusia diciptakan sebagai makhluk religious, rasional dan sosial.
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup ciptaan Allah memerlukan dan tergantung pada ciptaan Allah yang lain, ia memerlukan tempat tinggal yang aman, tenteram dan damai. Di dalamnya ada hubungan yang baik di antara sesama ciptaan tersebut. Jadi di dalam alam semesta ini ada suatu harmoni yang senantiasa berjalan bersama-sama.
Kalau ciptaan Allah ini mewujudkan suatu harmoni, maka tentunya Allah sendiri adalah harmoni, suatu keselarasan yang terbesar dan termulia. Allah sangat menghargai manusia dan menempatkannya “di atas” ciptaan Allah yang lain. Namun pemahaman ini sering disalah mengertikan sehingga manusia mempunyai kecenderungan sebagai “penguasa” terhadap ciptaan yang lain, maka cita-cita untuk mewujudkan harmoni di antara sesama ciptaan Allah semakin sulit untuk diwujud nyatakan. Oleh karena itu, makalah ini disusun dengan maksud memberi informasi mengenai ciptaan-ciptaan Allah sehingga pembaca pun bisa lebih mengenal awal penciptaan Allah terhadap manusia dan ciptaan lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
- Apakah pengertian dari manusia?
- Apa makna manusia segambar dan serupa dengan Allah?
- Apa tujuan Allah menciptakan manusia?
1.3. Tujuan
- Mengetahui pengertian manusia
- Mengetahui makna manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah
- Mengetahui tujuan penciptaan manusia
1.4. Manfaat
- Mengenal lebih dalam lagi tentang penciptaan Tuhan Allah terhadap manusia
- Mengetahui bahwa adanya tanggung jawab terhadap ciptaan Allah yang lain
BAB II
PEMBAHASAN
2,1. Pengertian manusia
Menurut Plato manusia adalah ibarat teks yang sulit maknanya harus diuraikan oleh filsafat. Tetapi dalam pengalaman kita sebagai pribadi, teks itu ditulis dengan huruf yang terlampau kecil sehingga tak terbaca. Sedangkan menurut Socrates manusia adalah makhluk yang bila diberikan pertanyaan yang rasional dapat menjawab secara rasional pula. Lain pula menurut Ernst Cassirer, hakikat manusia tak ditentukan oleh tambahan-tambahan dari luar ia semata-mata tergantung pada penilaian diri. Manusia dimaklumkan sebagai makhluk yang terus-menerus mencari dirinya dan makhluk yang setiap saat harus menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensi. Kita akan memperoleh gambaran tentang sifat manusia hanya bila kita bergaul dengan manusia.
Menurut Charles Darwin: “Simpanse dan gorilla adalah kerabat dekat dari manusia”. Manusia adalah hasil revolusi kera. Menurut Johnson Raley Wedberg: manusia adalah spesies primate yang maju dan modern. Sedangkan, menurut ajaran agama Hindu: kehidupan bermula dari Brahmana timbul angkasa, dari angkasa keudara, dari udara ke api kemudian ke air, dari air ke tanah kemudian tanah itu menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang kemudian akan menghasilkan makanan dan pada makanan itu terdapat biji dan biji itu menghasilkan manusia Sedangkan menurut paham Totemisme: manusia berasal dari suatu jenis Binatang. Menurut Origenes, manusia dijadikan sesuai dengan peta/rupa dan gambar Allah itu memiliki tabiat yang berakal, dengan maksud agar manusia telaten menjadi serupa dengan Allah. Irenius berpendapat lain, menurutnya manusia sejak semula telah menurut rupa dan gambar Allah, yang berarti sejak semula ia adalah makhluk yang berakal dan serupa dengan Allah.
Marthin Luther berpandangan, bahwa manusia memiliki pengetahuan akan Allah, kebenaran dan kekudusan, yang setelah manusia jatuh kedalam dosa, hilang sama sekali. Manusia pada hakekatnya segambar Allah. Yohanes Calvin berpendapat, bahwa yang dimaksud “gambar” adalah hakikat manusia yang tidak dapat berubah, sedangkan yang dimaksud dengan rupa adalah sifat manusia yang dapat berubah, maksudnya bahwa manusia memiliki akal, kehendak dan kepribadian.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan kesaksian Alkitab yang paling awal tentang manusia merupakan ciptaan Tuhan. Manusia tidak terjadi dengan sendirinya melalui proses evolusi. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk hidup lainnya termasuk kera dan karenanya bukan keturunan kera. Sebagai ciptaan Tuhan, maka Tuhan adalah sumber hidup dan Tuhan berdaulat atas kehidupan dan tujuan hidup manusia. Sebagai makhluk, manusia tak akan pernah sama dengan penciptanya. Betapa pun hebatnya potensi rasional manusia, ia tetap makhluk dengan segala keterbatasannya.
Manusia sebagai makhluk imago dei (serupa gambar Allah) dan religius. Konsep imago dei ini sudah sangat tua dalam tradisi agama Yahudi dan sudah menjadi pokok perdebatan yang hangat dalam tradisi agama Kristen. Ada yang mengartikan sebagai kesamaan atau kemiripan dengan Allah dalam hal dimensi spiritualnya, atau potensi rasional. Hal ini biasa dikaitkan dengan mandate dari Tuhan untuk menguasai dan memerintah alam semesta. Keseragaman manusia dengan Allah menunjuk pada relasi manusia dengan Tuhan. Jadi keseragaman manusia dengan Tuhan berarti manusia diciptakan dengan potensi untuk relasi dengan Tuhan melalui satu cara lain. Potensi tentu saja bisa direlasikan tetapi bisa juga tidak. Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kecenderungan manusia yang tetap untuk berorientasi terhadap sesama manusia.
Orientasi yang tetap ini mengambil bentuk dalam terciptanya berbagai pranata sosial mulai dari yang paling sederhana seperti keluarga sampai kepada yang sangat kompleks seperti negara dan perusahaan. Realita itu dapat membuktikan bahwa sesungguhnya manusia mempunyai kebutuhan sosial atau kebutuhan akan relasi-relasi sosial. Lebih jauh lagi manusia juga menciptakan normanorma sosial yang mengatur perilaku dalam kaitannya dengan relasi-relasi sosial seperti kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya. Memang selalu ada pilihan antara kepentingan individu atau sosial tetapi tetap saja tidak bisa menggantikan kebutuhan manusia pada sesamanya. Manusia sebagai makhluk rasional dan berbudaya. Bahwa manusia diciptakan lain dari makhluk hidup lain sudah jelas antara lain karena manusia mempunyai potensi rasional. Potensi memungkinkan manusia untuk dapat mengembangkan kebudayaan dalam arti luas. Fakta ini menjadi sangat jelas dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Potensi inilah yang membawa manusia pada kemajuan IPTEK dan seni sampai pada tingkat yang canggih sekarang ini. Dengan potensi ini manusia yang mempunyai orientasi tetap dengan alam semesta ini. Inilah yang dimaksud dengan tugas mandataris artinya wakil Allah di dunia dalam rangka memerintah dan memelihara alam ciptaan Tuhan. Manusia sebagai makhluk etis yaitu manusia mempunyai potensi dan kapasitas untuk mempertanyakan dan membedakan apa yang baik dan sebaliknya. Manusia tidak saja mampu membedakan mana yang baik dari yang tak baik secara etis, namun manusia juga mempunyai kebebasan untuk memilih sekaligus mempertanggung jawabkan pilihannya.
- Manusia dan ciptaan lain
Dalam Alkitab menyatakan bahwa posisi kedudukan manusia diperhitungkan sebagai ciptaan yang sangat diistimewakan dan diunggulkan dibanding dengan ciptaan Allah yang lainnya.
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah yang penuh kuasa untuk mengatur semua yang ada atau semua makhluk yang ada dalam planet bumi ini, agar manusia dan semua yang dibawah kuasanya memuliakan sang pencipta Tuhan semesta alam seperti yang tertulis pada Kejadian 1:28 dan Mazmur 8:5-10.
- Allah maha kuasa
Dunia ada bukan karena suatu kebetulan, tapi karena Allah menciptakannya. Manusia adalah salah satu dari ciptaan Allah. Kepada manusia, Allah memberi akal budi sehingga manusia dapat menciptakan lampu, radio, telepon dan sebagainya. Sebagai sesuatu yang diciptakan Allah pada dasarnya adalah baik.
Ketika Allah menciptakan terang, Dia tahu bahwa terang itu sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan manusia dan seluruh makhluk hidup yang ada (Kejadian 1:3-5). Daratan diciptakan oleh Allah agar seluruh makhluk hidup dapat tinggal dan mencari makan di sana. Begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar makanan makhluk hidup berasal dari tumbuh-tumbuhan (Kejadian1:9-10). Kemudian Allah menciptakan benda-benda langit dan menempatkannya di cakrawala, seperti matahari, bulan dan bintang (Kejadian 1:14-19) untuk menandai waktu dan musim. Sebagai pelengkapnya, Allah menciptakan makhluk hidup di air, burung-burung di udara (Kejadian 1:20-22) dan makhluk hidup di darat. Sebagai penyempurna dari seluruh ciptaanNya, Allah menciptakan manusia. Semua itu Allah ciptakan dalam waktu enam hari
- Hari pertama : Allah menciptakan terang dan gelap/ siang dan malam.
- Hari kedua : Allah menciptakan cakrawala.
- Hari ketiga : Allah memisahkan darat dan laut, dan menciptakan tumbuh-tumbuhan.
- Hari keempat : Allah menciptakan matahari, bulan, dan bintang.
- Hari kelima : Allah menciptakan makhluk hidup di air dan burung-burung.
- Hari keenam : Allah menciptakan binatang di darat dan titik puncaknya adalah menciptakan manusia
2.2. Makna manusia sebagai gambar dan rupa Allah
Dalam Bahasa Ibrani sebagai bahasa asli Perjanjian Lama kata “Gambar” adalah tselem yang berarti gambar, patung model yang asli sedangkan “Rupa” disebut dengan istilah demuth yang berarti salinan, tembusan yang asli. Dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa asli perjanjian baru “gambar” disebut dengan istilah “eikoon” yang berarti bentuk yang asli atau perwujudan yang dilukiskan. Dalam Alkitab Kejadian 1:27 mengatakan: “Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”
Hal ini berarti manusia itu adalah makhluk yang memiliki citra atau sifa-sifat Allah seperti pikiran, perasaan dan kehendak bebas. Ini dapat dilihat bahwa manusia adalah ciptaan yang berasal dari debu tanah dan nafas Allah sendiri. Semua ciptaan Allah misalnya terang, cakrawala, matahari, bulan, bintang, daratan dan lautan, ikan dan tumbuhan semua diciptakan melalui firman dan perkataan-Nya. Tetapi manusia diciptakan dengan tangan Allah sendiri dibuat dari debu tanah kemudian dihembuskan nafas hidup sehingga ia menjadi makhluk hidup yang memiliki citra Allah, yang membuat manusia dapat berpikir, menentukan sikap, berkuasa dan bebas bertanggung jawab. Hal ini membuat manusia berbeda dengan ciptaan-ciptaan lainnya dan sekaligus menempatkan manusia sebagai “mahkota ciptaan Allah”. Dalam kamus bahasa Indonesia, mahkota berarti hiasan kepala atau songkok kebesaran yang menguasai, yang dihargai atau yang dijunjung tinggi, yang dicintai.
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah maka manusia itua dalah sahabat Allah, yang harus berhubungan dengan Allah. Manusia dan Allah tidak bisa saling melepaskan diri dari hubungan satu sama lain. Demikian juga halnya dengan sesamanya, tetapi haruslah hidup saling berhubungan dan saling ketergantungan dan sama-sama mencerminkan gambar Allah itu dalam hubungan dan kehidupan sehari-hari.
2.3. Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan
Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia (Kejadian 2:18)”. Diciptakannya manusia sebagai laki-laki dan perempuan, yang menunjukkan adanya dua jenis yang berbeda, bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk disatukan, untuk tujuan yang sempurna pada diri manusia baik laki-laki dan perempuan belumlah sempurna makanya harus saling melengkapi dan menyempurnakan sehingga tercipta satu kestauan (dwi tunggal).
Manusia diciptakan oleh Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak (Kejadian 1:28). Dengan hal ini menunjukkan suatu hubungan antara manusia laki-laki dan perempuan yang di dalamnya tidak mencari kepentingan diri sendiri melainkan saling mengasihi, saling menghargai, mencari kebahagiaan bersama. Kehidupan bersama antara laki-laki dan perempuan dapat mewujudkan hidup saling menolong secara nyata dan saling melengkapi. Dalam Kejadian 1:26-27 memberi kesaksian tentang tugas dan tanggung jawab manusia untuk menguasai alam. Manusia diberi tanggung jawab oleh Allah untuk mengolah, tetapi juga memelihara alam (Kejadian 2:15). Manusia adalah kawan sekerja Allah. Artinya dalam kehidupannya manusia ikut serta dalam berkarya dan hasil pekerjaan Allah itu baik (Kejadian 1:31). Oleh sebab itu manusia terpanggil untuk memelihara hasil karya Allah yang baik itu, bukan untuk merusaknya. Meskipun laki-laki dan perempuan merupakan ciptaan Allah yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya, namun laki-laki dan Perempuan memiliki perbedaan baik perbedaan jasmani (biologis) maupun psikologis.
Perbedaan jasmani dapat dilihat dari bentuk alat kelamin, sedangkan perbedaan menyangkut psikologis dapat dilihat dari perasaan yang dimiliki, perbedaan pikiran, perbedaan penekanan (Kejadian 3:17-19) sehingga bersifat pembuat, sedangkan wanita mempunyai peran sebagai ibu (Kejadian 3:20).
2.4. Kesaksian Alkitab tentang manusia menurut gambar dan rupa Allah
Apabila kita amati cara penciptaan manusia menurut Kejadian 2:7 ternyata Allah menciptakan manusia berbeda dengan caranya Allah menciptakan ciptaan lain. Dalam Kejadian 2:7 dikatakan: “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas kehidupan ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Berdasarkan kesaksian ini, tampak bagi kita perbedaan dan cara ciptaan Allah atas manusia danciptaan lainnya. Beberapa hal yang membuat manusia itu memiliki keistimewaan dibanding dengan ciptaan lainnya adalah:
- Makhluk yang lain tercipta hanya dengan firman Allah sedangkan manusia tercipta dengan firman dan tangan Allah (Kejadian 1:1-26).
- Makhluk yang lain tercipta dengan perintah singkat sedangkan manusia tercipta dengan musyawarah dan proses (Kejadian 1:26).
- Hanya manusia diberi Allah Roh (nafas hidup dari Allah)
- Manusia diberikan pikiran atau akal budi yang mampu mengatur perkembangan hidupnya dan bertanggung jawab sedangkan makhluk lain hidup berdasarkan nalurinya saja (Kejadian 2:16).
Berdasarkan penjelasan ini, nyatalah sekarang keistimewaan manusia dari ciptaan yang lain. Derajat, kedudukan dan status manusia berada di atas.
Manusia memiliki citra atau sifat-sifat Allah seperti mengasihi, sabar, memiliki kehendak, pikiran, keinginan, pengetahuan, kebenaran, perasaan dan sebagainya. Allah memiliki sifat mencipta dan memelihara apa yang sudah diciptakan-Nya bila melakukan kesalahan (Kejadian 3:14-19). Kedua sisi ini hendaknya dipahami dengan benar, yaitu bahwa kecenderungan Allah untuk mencipta, memelihara dan mengasihi adalah lebih besar dari kemampun dan keinginan-Nya untuk menghukum yang salah. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah harus betul-betul menyadari bahwa dirinya tidak bisa terlepas dari keterikatannya sebagai milik Allah. Karena itu manusia dituntut untuk hidup sesuai dengan kehendaknya dan ini kehendaknya tercermin baik dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan dan alam semesta. Tidak bisa manusia hidup untuk dirinya sendiri, karena semua kebutuhannya dipenuhi oleh keberadaan ciptaan Allah lainnya, mulai dari udara, air, tumbuhan, binatang bahkan manusia lainnya. Dalam kaitannya dengan keterikatan dengan Allah, manusia mempunyai hubungan yang khusus dengan Allah yaitu manusia adalah makhluk yang dapat bergaul dengan Allah. Melalui hubungan khusus ini, manusia dapat mengetahui dengan baik, apa yang dikehendaki oleh Allah darinya secara pribadi. Alkitab memberi kesaksian tentang tokoh-tokoh yang bergaul akrab dengan Allah, mengasihi Dia dengan sepenuh hati. Dari orang-orang seperti ini, ada banyak berkat yang mengalir kepada orang lainnya.
2.5. Tujuan penciptataan manusia
- Memiliki hubungan dengan ciptaan lain
Allah tidak menciptakan manusia dari seekor binatang, tetapi dari debu tanah. Penciptaan yang demikian dengan tegas menolak teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berevolusi dari binatang hingga menjadi manusia. Manusia terpisah dari binatang, tetapi menjadi bagian dari tatanan ciptaan, sehingga relasi antara manusia dengan ciptaan yang lain mendapat penekanan penting dalam Alkitab. Manusia yang diciptakan Allah memiliki dua aspek, yaitu debu tanah dan meniupkan napas hidup ke dalamnya sehingga menyebabkan manusia menjadi makhuk hidup. Ungkapan yang sama juga dikenakan kepada hewan (Kejadian 1:21,24:2-19), tetapi hewan tidak diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia yang dibentuk, baik Adam maupun Hawa adalah manusia yang dewasa (adam), bukan melalui proses perkembangan menjadi dewasa. Kadang janji-janji dikaitkan dengan perjanjian yang diberikan dalam konteks tanah dan ibadah umat Allah kadang berhubungan dengan bumi yang dihidupi. Ketika manusia pertama kali jatuh dalam dosa, kutukan dikenakan kepada tanah (Kejadian 3:17-18), dosa mencemari negeri (Ulangan 24:4). Setelah negeri dicemari oleh dosa, ia memuntahkan penduduknya (Imamat 18:25,28). Di pihak lain, Yerusalem menjadi simbol gunung Tuhan, di mana segala bangsa akan naik untuk beribadah kepada Allah (Yesaya 2:2-4). Saat itu, damai meliputi negeri, integritas umat akan dipulihkan, dan singa akan berbaring dengan anak lembu (Yesaya 11:6-9). Dunia menjadi area kehidupan manusia yang dapat membahagiakan manusia, tetapi karena dosa, dunia menjadi penjara bagi manusia. Adam, manusia pertama, diberikan kuasa untuk menamai dan mengkategorikan semua jenis binatang, akan tetapi tidak ada satu pun yang pantas sebagai penolong yang sepadan “Manusia itu memberi nama kepada segala ternak kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:20). Memberi nama adalah menempatkan dalam suatu rencana bagi segala sesuatu dan menunjukkan keunggulan Adam dari segala ciptaan yang lain. Memberi nama adalah kelanjutan pekerjaan Allah yang dikerjakan oleh manusia. Dalam hal inilah manusia memiliki relasi yang terikat dengan alam. Allah telah merencanakan bahwa manusia dapat hidup jika didukung oleh ciptaan lainnya. Memang hidup itu datangnya dari Allah, tetapi hidup itu berlanjut dengan dukungan ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Segera setelah manusia pertama diciptakan, Allah berfirman kepadanya: “Lihatlah aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji itulah akan menjadi makananmu (Kejadian 1:29), juga dalam sejarah manusia, dalam hubungannya dengan Allah. Manusia sering mempergunakan binatang dan tumbuhan kepada Allah. Hak itu sudah dimulai pada masa Kain dan Habel mempersembahkan hasil tumbuh-tumbuhannya dan dari hasil ternak-ternaknya (Kejadian 4:3-4)
Yesus sendiri bahwa “roti” adalah salah satu sumber kehidupan: ada tertulis, “manusia hidup bukan dari roti saja” (Matius 4:4 kutip dari ulangan 8:3). Dalam doa kami, yang diajarkan Yesus dikatakan: “berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang sescukupnya (Matius 6:11). Istilah makanan secukupnya disebut “Artos” (Bahasa Yunani) artinya “roti”. Kalau disimak lebih mendalam bahwa roti itu adalah hasil olahan dari ciptaan lainnya. Bahan bakunya adalah terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Dengan demikian jelaslah bahwa manusia itu tidak dapat dilepaskan dari hubungannya dengan ciptaan lain. Manusia, termasuk orang Kristen mempunyai hubungan yang prinsipil dengan ciptaan lainnya.
- Memiliki hubungan dengan sesama
Hanya manusialah yang diciptakan Allah untuk dapat memenuhi kepuasan dan kebutuhan dasar manusia, oleh sebab itu, Allah menciptakan manusia, laki-lakidan perempuan (Kejadian 1:27). Manusia diciptakan untuk berelasi dan saling melengkapi dalam kasih. Kedua-duanya sama derajat di hadapan Allah. Perkawinan diperkenalkan oleh Allah kepada manusia sebagai lembaga yang utama dan monogami (laki-laki dan perempuan), keduanya menjadi satu daging. Dalam Perjanjian Lama, manusia tidak dilihat secara terpisah atau sendiri-sendiri, tetapi sebagai anggota-anggota yang bertanggung jawab dari satu keluarga atau suku bangsa. Seorang individu adalah seorang anggota keluarga atau suku bangsa, yang termasuk dalam satu marga, dipersatukan dalam satu suku, yang semuanya berada dalam kesatuan dari seluruh kaum Israel (Yosua 7:16-18). Panggilan Allah juga datang kepada individu-individu untuk demi kepentingan kelompok. Abraham dipanggil untuk meninggakan kesenangan hidup keluarga dan negerinya agar menjadi berkat bagi sarana berkat bagi banyak orang (Kejadian 12:1-3). Musa dipanggil untuk hidup dekat dengan Allah agar menjadi berkat bagi bangsa Israel (Keluaran 24:2) Imam besar masuk kedalam ruang maha kudus seorang diri demi tugas untuk banyak orang (Imamat 16:17-19). Para nabi dipanggil untuk melayani bangsa Israel dan Yehuda.
2.6. Hubungan Allah dan ciptaan-Nya
Dari Alkitab, kita mengetahui bahwa pencipta semesta adalah Tuhan. Hubungan antara Allah dan ciptaan-Nya sama dengan hubungan khalik (pencipta) dan makhluk (ciptaan Allah). Dia akan selalu menopang dan membimbing manusia. Mazmur 130:8 mengungkapkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan perbuatantangan-Nya. Allah bukan seperti pabrik pembuat jam. Sesudah menciptakan jam dan memasarkannya, pembuat jam tidak bertanggung jawab terhadap kelanjutan jam tersebut. Entah jam itu rusak, dibeli oleh siapa, dan siapa yang memperbaiki jam, bukan lagi tanggung, jawab pabrik pembuat jam. Dari Alkitab kita bisa menyimpulkan bahwa keberadaan Allah dan kehendak-Nya atau ciptaan-Nya adalah:
- Tuhan sangat mengasihi ciptaan-Nya. Yohanes 3:16 membuktikan bahwa Tuhan sangat mengasih ciptaan-Nya.
- Sebagai makhluk, kita tidak mungkin menyamai Sang pencipta. Allah dengan kuasa-Nya berdaulat atau berkuasa atas ciptaan-Nya (Mazmur 8:4). Sebagai makhluk, kita mengakui kekuasaan dan kemerdekaan Allah dan bergantung kepada-Nya.
- Allah yang khalik adalah Allah yang setia kepada ciptaan-Nya. Allah terus mempedulikan dan memelihara dunia ini. Bahkan ketika dunia dan manusia berdosa pada-Nya, Dia menebus manusia dan tetap menghubungkan diri-Nya dengan makhluk ciptaa-Nya. Allah telah menciptakan semuanya baik dan akan membuat semuanya menjadi baik. Hal ini diberitakan oleh kitab terakhir dari Alkitab, yaitu kitab Wahyu.
Allah sangat mengasihi dunia dan segala isinya. Tentu saja, Allah juga mengasihi, memedulikan dan setia kepada kita. Allah berkenan menjadi manusia di dalam diri Tuhan Yesus supaya kita mengetahui kasih, kepedulian, dan pemeliharaan-Nya.
Hubungan antara manusia dan Allah tidak pernah berakhir. Sehebat apapun manusia, mereka membutuhkan Allah. Layaknya hubungan kita dengan sahabat karib kita, tanpa Allah kita tidak akan hidup dan tanpa campur tangan-Nya, apapun yang kita lakukan akan sia-sia belaka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan kesaksian Alkitab yang paling awal tentang manusia merupakan ciptaan Tuhan. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk hidup lainnya termasuk kera dan karenanya bukan keturunan kera. Sebagai ciptaan Tuhan maka Tuhan adalah sumber hidup dan Tuhan berdaulat atas kehidupan dan tujuan hidup manusia. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah maka manusia itu adalah sahabat Allah, yang harus berhubungan dengan Allah. Manusia dan Allah tidak bisa saling melepaskan diri dari hubungan satu sama lain, tetapi haruslah hidup saling berhubungan dan saling ketergantungan dan sama-sama mencerminkan gambar Allah dalam hubungan dan kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Monica, Fiedel. 2011. MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (Manusia).http://fiedel-monica.blogspot.co.id/2011/09/makalah-pendidikan-agamakristen.html (Diakses tanggal: 27 Februari 2024)
Rau, Lidya L. REFERENSI KTSP DENGAN KECERDASAN MAJEMUK:TUHAN PENOLONGKU 4.
Researchgate. Hakikat Manusia. Diakses dari:https://www.researchgate.net/publication/282854855_Ekposisi_Gambar_Allah_Menurut_Penciptaan_Manusia_Berdasarkan_Kejadian_126-28 (Diakses tanggal: 27 Februari 2024).
Simanjuntak, Risma Elizabeth dan Herniati Meibang. 2006. Buku Pegangan Siswa:Pendidikan Agama Kristen. Medan: Cahaya